Minggu, 06 Januari 2013

AKHLAQ JURU DA'WAH



AKHLAQ JURU DA'WAH

Oleh : SUPRIYANTO, S.Pd

Dalam kehidupan ini hanya ada dua kekuatan yang akan selalu bertarung sampai hari kiamat. Masing-masing memiliki pendukung yang akan selalu memperjuangkan keyakinannya. Meskipun di kalangan ummat manusia terdapat berbagai ragam pemikiran, filsafat, paham politik, kebudayaan, agama, dan kelompok, namun pada hakikatnya mereka akan terpolarisasi (terkelompok) ke dalam dua kubu yang akan selalu berhadapan, yaitu kubu Al-Haq dan kubu Al-Bathil.

Kubu Al-Haq akan di dukung oleh mereka yang senantiasa menginginkan kedaulatan Ilahi terlaksana di muka bumi. Mereka kita kenal sebagai pejuang keimanan atau yang lebih terkenal dengan sebutan JUNDULLAH (tentara Allah). Meskipun jumlah mereka selalu lebih kecil dibanding kubu lawannya, namun semangat juang mereka tak pernah padam. Regenerasi dan kaderiasi akan selalu mereka gulirkan seiring dengan janji Allah yang akan melahirkan seorang MUJADDID (pembaharu) dalam stiap kurun waktu 100 tahun.

Dengan kekuatan imannya yang dahsyat, Sang Mujaddid ini akan merekrut sebanyak mungkin pembela kebenaran dalam kelompoknya yaitu HIZBULLAH (Partai Allah). Mereka akan selalu bersama dalam menegakkan kebenaran dalam diri mereka sendiri dan menyeru orang lain ke jalan yang juga mereka lalui. Allah SWT menjanjikan kemenangan bagi mereka di bumi dan juga kebahagiaan di akhirat. Kejayaan di dunia berupa kemenangan dan kekuasaan atau ke-syahid-an yang mengantarkan mereka pada puluhan bidadari Firdaus dan istana megah lengkap dengan taman dan perabotan intan berlian serta dayang-dayang yang cantik rupawan sebagai balasan yang akan selalu merindukan para jundullah ini.

Tertarikkah anda untuk masuk pada golongan ini? Kalau anda tertarik, maka anda harus memenuhi empat kriteria akhlaq mereka yang (tidak bisa tidak) harus dipenuhi semuanya. Keempat akhlaq tersebut adalah : dicintai dan mencintai Allah, lemah lembut terhadap sesama mukmin dan keras terhadap orang kafir, berjihad di jalan Allah serta tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela. (Qs.Al-Ma’idah 5:54).

1.      Dicintai dan mencintai Allah
Untuk mendapatkan cinta dari seorang manusia, kita harus melakukan banyak hal yang disukai oleh orang yang bersangkutan selain juga harus membenci segala sesuatu yang dia benci walaupun kita sebenarnya sangat menyukai yang ia benci tersebut. Demikian juga bila kita ingin mendapatkan cinta  dari Allah SWT, kita harus melakukan segala yang membuat-Nya ridho yaitu dengan menjalankan semua perintah-Nya dalam keadaan suka maupun terpaksa dan menjauhi semua yang dilarang oleh-Nya.

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim disebutkan bahwa tidaklah seseorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan melaksanakan semua kewajibannya, lalu ia lebih mendekatkan dirinya kepada Allah dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunnah melainkan dengan itu Allah mencintai mereka. Jika mereka mendekat kepada allah sejengkal, maka Allah akan mendekat kepadanya sedepa. Jika mereka mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendekat kepadanya dengan berlari. Jika Allah sudah mencintai seseorang, maka Allahlah yang menjadi matanya yang dengan itu ia melihat, Allahlah yang menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar. Allahlah yang menjadi tangannya yang dengan itu ia melempar, Allahlah yang menjadi kakinya yang dengan itu ia berjalan, kalau ia meminta perlindungan akan dilindungi dan kalau ia berdo’a akan dikabulkan. Subhanallah...begitulah karunia yang akan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dicintai-Nya.

Kemudian, agar kita termasuk ke dalam golongan JUNDULLAH, kita harus mencintai Allah SWT. Banyak hal yang perlu kita lakukan agar dapat mencintai Allah dengan makna cinta yang haqiqi, yaitu selalu mengingatnya saat sedang apapun dan dimanapun kita berada (Qs. Al-Imron 3:190-191), banyak menyebut nama-Nya dengan berdzikir dan berdo’a ketika memulai dan mengakhiri setiap aktifitas kita, menta’ati semua perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnah dan menjauhi semua larangan-Nya baik yang haram maupun yang makruh atau subhat, rela mengorbankan apa saja yang kita miliki untuk menegakkan kalimat Allah SWT baik harta, waktu, tenaga, pikiran maupun nyawa (Qs. Al-Ahzab 33:21), takut akan azab Allah di dunia dan di akhirat yang menyebabkan tercegahnya kita dari berbuat dosa , selalu berharap kepada Allah saja tanpa menggantungkan diri pada selain-Nya (Qs.Yusuf 12:87) serta selalu ridha pada semua keputusan Allah SWT.

2.      Bersikap lemah lembut terhadap sesama mukmin dan keras terhadap orang kafir.
Orang-orang mukmin itu seperti tentara yang memakai seragam. Kemanapun mereka pergi mereka akan selalu cenderung untuk berkumpul dengan sesamanya. Oleh karena itu, derajat keimanan seseorang dapat dilihat dari seberapa besar cintanya pada saudara seimannya. Siapapun dia, dari ormas apapun, dari suku manapun dan bagaimanapun status sosial ekonominya, jika dia mentaati Allah dan rasul-Nya berarti dia adalah saudara kita yang memiliki hak-hak yang harus kita berikan kepadanya, yaitu : mengucapkan salam dan menjabat tangannya ketika bertemu dan berpisah dengannya, mendo’akannya ketika bersin, menjenguknya ketika ia sakit, menanyakan kondisinya ketika ia tidak hadir, didatangi undangannya dan diantarkan mayatnya ketika ia meninggal.

Kita harus bergaul dan bekerja sama dengan baik bersama mereka demi tegaknya syari’at Islam di bumi ini. Kita yakin bahwa seluruh kaum muslimin yang tengah berjuang menegakkan Islam melalui berbagai organisasi dan gerakan adalah tentara-tentara Allah yang ikhlas. Tidak boleh sedikitpun kita menaruh curiga kepada mereka. Kalaupun ada kesalahan dari apa yang mereka lakukan, maka kewajiban kita adalah mengingatkan dan memperbaikinya kesalahannya bukan mencela orangnya.

Dalam hidup bermasyarakat memang akan muncul berbagai macam pemikiran. Oleh karena itu, jika ada perbedaan di antara kita dengan sesama mukmin, maka kita harus bertoleransi dan tidak boleh merasa benar sendiri. Apalagi memaksa orang lain mengikuti pemikiran kita. Sesungguhnya perbedaan dalam masalah furu’(cabang, bukan prinsip agama) itu diperbolehkan dalam Islam. Di zaman kehidupan Nabi SAW, para sahabatpun sering melakukan perselisihan pendapat. Akan tetapi hal itu tidak mengakibatkan mereka saling membenci dan mencaci, sebaliknya mereka tetap saling menghormati dan menyayangi.

Islam adalah rahmatan lil alamin di mana semua orang di dunia berhak mendapatkan kasih sayang dan keindahannya. Orang Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, dan orang tak beragama sekalipun, mereka berhak merasakan kasih sayang Islam selama mereka tidak memusuhi dan rela hidup berdampingan dan mengikatkan diri dengan penguasa muslim untuk taat dalam urusan kemasyarakatan dan bersedia membayar jizyah (pajak keamanan). Akan tetapi jika mereka melakukan tindakan yang merugikan atau membahayakan kaum muslimin, maka ummat Islam harus bertindak tegas terhadap mereka. Bila mereka telah melanggar janjinya dan memusuhi Islam dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, maka terhadap mereka harus diberlakukan hukum perang.

3.      Berjihad di jalan Allah
Setiap mukmin adalah tentara Allah, dimana tugas utama seorang tentara adalah berperang sampai memperoleh kemenangan atau kesyahidan. Seorang mukmin harus selalu berada dalam kondisi berperang atau bersiap-siap untuk berperang melawan musuh dengan kekuatan senjata, melawan kebodohan dengan kekuatan ilmu melalui lisan dan tulisan, melawan kemiskinan dengan kekuatan harta/penguasaan ekonomi, melawan ketertinggalan peradaban dengan kekuatan teknologi, dan melawan konspirasi musuh yang mendunia dengan kekuatan organisasi yang solid, disipilin dan profesional.

Bagi seorang mukmin, tiada waktu yang akan berlalu tanpa amalan jihad. Di manapun dan sedang apapun dia, jihad akan selalu tampak dalam setiap aktifitasnya. Akan dia korbankan segala yang dimilikinya untuk jihad dimana harta, tenaga, waktu, pikiran, keluarga, organisasi, dan semua yang ada padanya akan dipersembahkan untuk kepentingan jihad menegakkan Islam.
Allah SWT berfirman :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan kekuatan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” (Qs.Al-Anfal 8:60)
“Tetapi rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, bereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan untuk mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (Qs.At-Taubah 9:88-89)

4.      Tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela.
Ketika Rasulullah SAW berdakwah’ orang-orang yang tidak menyukai dakwahnya melancarkan berbagai tuduhan, cacian, celaan dan fitnah. Manusia mulia itu dituduh kesurupan setan, tukang sihir, berpenyakit ayan, pemecah belah persatuan dan lain-lain. Para sahabat beliaupun tak luput dari hinaan mereka, apalagi sebagian besar sahabat beliau berasal dari kaum duafa yang rendah status sosialnya. 

Fitnah dan ujian didalam dakwah itu aalah sunnatullah yang tidak akan pernah berubah. Artinya, siapapun yang aktif berdakwah untuk menegakkan Islam pasti akan menerima celaan, hinaan, tuduhan palsu dan aneka macam fitnah lainnya. Oleh karena itu, bagi seorang pejuang dakwah fitnah dan celaan adalah sesuatu yang tidak perlu ditakuti. 

Fitnah adalah sunnatullah yang menunjukkan benarnya perjuangan. Semakin serius kita berjuang, akan semakin banyak fitnah yang muncul. Justru jika selama kita berjuang tidak ada fitnah atau ujian sama sekali, berarti dalam perjuangan itu ada yang salah dan tidak sesuai dengan metode Ilahi.

Demikianlah keempat karakter yang harus menyatu dalam pribadi para pejuang da'wah dan tentara Allah. Orang yang sudah memiliki keempat sifat tersebut akan dengan gagah berani dan penuh percaya diri menempuh perjalanan hidupnya dalam naungan Ilahi. Dengan mantap dia akan melangkahkan kakinya di jalan dakwah untuk mewujudkan perintah rabbnya demi tegaknya syari’at Islam di atas bumi. Tanpa ragu dan bimbang dia melangkah menuju ridha Allah, Kekasih yang selalu dirindukannya yang akan senantiasa membelainya dengan kasih sayang di dalam surganya yang penuh kenikmatan. Semoga kita semua termasuk di dalam barisan tentara Allah ini. Amin.
( Tri Shakti, 17 Agustus 1999 )

*Penulis adalah staff pendidik di SLTP TRI SHAKTI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar