Selasa, 13 Maret 2018

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN TERBALIK, FLIP LEARNING


IMPLEMENTASI
METODE PEMBELAJARAN TERBALIK, FLIP LEARNING
Oleh : Supriyanto, M.Pd*



Ingatan atau memori kita terbagi dalam dua kategori yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Sebagaimana memori yang ada dalam komputer. Jika sudah tersimpan di hard disk maka akan menjadi memori jangka panjang. Akan tetapi jika belum tersimpan di hard disk makan hanya akan menjadi memori jangka pendek. Seiring dengan makin banyaknya memori-memori lain yang bertumpuk di sistem maka segera juga memori itu akan hilang atau susah diakses kembali.
Seperti itu juga kurang lebih materi pelajaran yang kita sampaikan kepada siswa. Jika mereka menerimanya sebagai sesuatu yang tidak penting, sekedar rutinitas belajar saja maka materi itu hanya akan menjadi memori jangka pendek saja. Akan tetapi jika siswa menerima materi pelajaran kita sebagai sesuatu yang penting, sesuatu yang menarik minat mereka maka materi pelajaran kita itu akan menjadi memori jangka panjang di otak mereka.
Untuk merubah memori jangka pendek itu agar menjadi memori jangka panjang di otak siswa kita paling tidak ada dua hal yang harus kita lakukan. Pertama, buatlah pembelajaran kita menjadi pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Di ainilah pentingnya kita selalu melakukan appersepsi diawal setiap kegiatan pembelajaran.
Kedua, Libatkan emosi siswa. Ajak siswa memahami pentingnya materi yang akan dipelajari. Apa manfaatnya dalam kehidupan mereka kelak dan masa kini. Kalau dalam istilah Quantum learning disebut AMBAK, Apa Manfaatnya BAgiKu. Kalau mereka sudah merasakan betapa pentingnya materi tersebut untuk kepentingan mereka maka yakinlah mereka akan lebih semangat dan antuasias dalam belajar. Nah disinilah letak pentingnya kita menyampaikan tujuan pembelajaran di awal setiap kegiatan pembelajaran kita.

DEFINISI FLIP LEARNING
Menurut Graham Brent (2013) Flipped classroom merupakan strategi yang dapat diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini memanfaatkan teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi siswa yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu kelas yang sebelumnya telah digunakan untuk pembelajaran. Instruktur mengadopsi model flipped classroom untuk memberikan pembelajaran kelas atau konten instruksional sebagai pekerjaan rumah. Dalam persiapan untuk kelas, siswa diwajibkan untuk melihat video pembelajaran.
Menurut Tucker dalam Amy Roehl (2013) siswa memanfaatkan waktu di kelas untuk bekerja menyelesaikan masalah, pengembangan konsep, dan terlibat dalam pembelajaran kolaboratif. Sedangkan menurut Natalie (2012) Strategi flipped classroom mendukung banyak manfaat. Sebagian besar tampaknya menjadi keuntungan yang masuk akal (misalnya meningkatkan waktu instruksi lebih menarik) terutama untuk mengajarkan mereka dalam pengaturan campuran yang terdiri dari beberapa kombinasi tatap muka dan instruksi online.
Namun strategi ini juga memiliki keterbatasan. Pertama, kualitas video mungkin sangat buruk. Kedua, mengingat bahwa siswa dapat melihat video ceramah pada komputer mereka sendiri, kondisi di mana mereka kemungkinan melihat video ceramah menjadi pembelajaran yang tidak efektif (misalnya siswa bisa melihat video sambil menonton permainan baseball atau mendengarkan musik). Ketiga, siswa tidak menonton atau memahami video karena itu mereka tidak siap atau belum cukup siap untuk kegiatan tatap muka. Keempat, siswa mungkin perlu banyak penopang untuk memastikan mereka memahami materi yang disampaikan dalam video. Kelima, siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke instruktur atau rekan-rekan mereka jika menonton video saja.
Metode Flip Learning ini sudah banyak digunakan di berbagai negara. Menurut laporan Flip Learning Network (FLN) dan Sophia Learning (2014), guru2 di Amerika Serikat yang menerapkan pembelajaran flip learning meningkat dari 48% ditahun 2012 menjadi 78% pada tahun 2014 dan 96% guru telah mengenal kata "flip learning". Sedangkan di Dong Eui University Busan Korsel ini baru dimulai tahun lalu (2016). Meskipun baru satu tahun digunakan, hasilnya sudah terlihat sangat bagus. Tingkat pemahaman siswa/mahasiswa meningkat sangat signifikan termasuk di kelas2 yang "sulit".
Kontribusi dan antusiasme siswa dalam pembelajaran terbukti sangat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga mampu menghasilkan pemahaman yang baik. Karena itu metode pembelajaran aktif yang banyak melibatkan kontribusi siswa akan sangat menarik dan efektif.
Efektifitas pembelajaran ini telah dijelaskan oleh Edgar Dale (1969) dan juga oleh National Training Laboratories dalam Piramida Pembelajaran. Piramida pembelajaran ini adalah suatu bentuk penjelasan bagaimana cara agar kita mampu menguasai materi pelajaran dengan cepat dan lebih cerdas.



Berdasarkan piramida belajar Edgar Dale, dapat dilihat bahwa model pembelajaran dibagi menjadi 2 yaitu aktif dan pasif. Pada kedua model pembelajaran tersebut, 5% pemahaman bisa diserap melalui ceramah, 10% ilmu yang bisa diserap dari membaca, sedangkan 20% ilmu yang bisa diserap dari mendengarkan, dengan melihat demonstrasi berkontribusi 30% ilmu yang bisa diserap, dan dengan diskusi berkontribusi 50% terhadap ilmu yang bisa diterima. Sedangkan pembelajaran aktif melalui praktek berkontribusi 75% terhadap ilmu yang bisa diserap, dan bila mengaplikasikan ilmu ke kehidupan nyata atau mengajarkannya kepada orang lain maka akan berkontribusi 90% terhadap ilmu yang bisa diserap. Karena itu jelas sekali bahwa dengan pembelajaran aktif tentunya akan lebih efektif dalam penguasaan materi.
Sebagaimana kita pahami bersama bahwa pembelajaran tradisional yang selama ini kita terapkan cenderung lebih mengarah ke pembelajaran pasif dimana kontribusi siswa sangat rendah. Guru lebih aktif dan lebih banyak menyampaikan konten materi sedangkan siswa lebih banyak menjadi pendengar saja.Hasilnya bisa ditebak, tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan cenderung rendah.
Karena itu, metode pembelajaran Flip Learning yang menuntut kontribusi dan keterlibatan siswa sangat bisa menjadi alternatif dalam kegiatan pembelajaran kita. Harapannya tentu saja tingkat pemahaman siswa akan menjadi lebih baik.
Kalau kita melihat suasana perpustakaan dikalangan Kaum Yahudi, kita akan menyaksikan betapa berisik suara para pengunjungnya. Ini bertolak belakang dengan suasana perpustakaan pada umumnya yang selalu dikondisikan agar tenang. Kalau kita cermati, ternyata mereka tidak sekedar membaca buku di perpustakaan. Mereka terlihat sangat antusias berdiskusi tentang isi buku-buku yang sedang mereka baca dengan sesama pengunjung yang lain. Tradisi perpustakaan Yahudi yang berisik ini tetnyata sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Maka tak heran jika dikalangan mereka telah lahir banyak ilmuwan yang cerdas dan berhasil meraih hadiah nobel sebagainpenghargaan tertinggi dalam capaian ilmu pengetahuan.
Sekali lagi antusiasme dan kontribusi aktif siswa serta pembelajaran kelompok terbukti sangat efektif dalam mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Di sinilah letak kunci pentingnya Metode Pembelajaran Flip Learning. Siswa dituntut lebih aktif berkontribusi dan antusias melibatkan semua emosinya dalam belajar bersama. Karena dalam Metode Pembelajaran Flip Learning, porsi untuk siswa melakukan diskusi kelompok, partisipasi dan praktek jauh lebih besar daripada porsi guru dalam penyampaian konten materi.

STRUKTUR PEMBELAJARAN FLIP LEARNING
Metode Pembelajaran Flip Learning tidak hanya dilakukan di dalam kelas pada jam pelajaran saja. Melainkan sudah dimulai sehari atau jauh sebelum jam pelajaran sebagaimana yang sudah tercantum di jadwal pelajaran. Karena itu struktur kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu di luar/sebelum kelas dan di dalam kelas.
Kegiatan pembelajaran di luar kelas atau sebelum kelas dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media digital semisal video atau modul pembelajaran online untuk belajar konsep-konsep dasar. Misalnya dengan cara siswa diminta mempelajari video yang telah diunggah secara online oleh gurunya sebelum pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk melakukan persiapan kelas utamanya.
Pembelajaran di dalam kelas dilakukan secara berkelomlok. Siswa membagikan informasi dan pengetahuan yang telah mereka pelajari di luar kelas melalui video atau modul dan buku kepada teman2 di kelompoknya. Selain itu, pembelajaran di kelas bisa juga diarahkan untuk pemecahan masalah konsep dan pendalaman maupun penambahan/pengayaan materi pembelajaran baik melalui percobaan, praktek maupun diskusi dan presentasi.
Lantas bagaimana dengan peran gurunya? Dalam pembelajaran Flip Learning di kelas ini, sang guru lebih berperan sebagai pembina dan konsultan saja. Guru hanya akan memberikan penjelasan materi pada bagian2 yang kurang dipahami dan kepada siswa-siswa tertentu yang belum paham saja. Selanjutnya peran yang lain adalah membimbing siswa mengambil kesimpulan dan melakukan evaluasi serta memberikan umpan balik terhadap hasil evaluasi tersebut.
Metode Pembelajaran Flip Learning ini telah dipraktekkan dengam sangat baik oleh sebuah Universitas, Minerva University. Universitas ini telah memiliki asrama mahasiswa di 8 negara. Mulai tahun depan, 2018 akan dibuka juga asramanya di Seoul Korea Selatan.
Uniknya, para mahasiswa ini hampir tidak pernah bertemu langsung dengan para dosennya. Mereka hanya bertemu secara online. Dosen hanya memberikan sillabus materi-materi penting yang harus dipelajari para mahasiswanya. Lalu masing-masing mahasiswa belajar sendiri dari buku-buku dan video-video yang mereka cari sendiri yang kontennya sesuai dengan arahan sang dosen.
Sesuai dengan jadwal kelas yang telah ditentukan, para mahasiswa sekelas bertemu di salah satu ruang di asrama. Kenapa di asrama? Karena Universitas Minerva memang tidak memiliki gedung kampus/kelas sama sekali. Ya hanya asrama di 8 negara itu saja.
Di kelas, para mahasiswa mendalami materi pelajaran dengan cara saling mengajar/tutor sebaya, berdiskusi bahkan berdebat dengan sesama mahasiswa di kelas itu maupun mahasiswa yang bergabung secara online dikelas maya/online. Sang dosen bertindak sebagai moderator dan konsultan. Dosen memberikan penjelasan hanya pada konten-konten yg belum dipahami para mahasiswa.
Uniknya lagi, Universitas Minerva ini mengharuskan para mahasiswanya untuk selalu pindah ke asrama lain di 8 negara tersebut setiap pergantian semester. Tujuannya agar para mahasiswanya mengalami sendiri suasana dan lingkungam yang beraneka macam di negara-negara yang berbeda baik secara geografis maupun budaya.
Metode itu pula yang telah menginspirasi Dong Eui University untuk menerapkannya sejak tahun lalu. Hasilnya sungguh sangat bagus. Tingkat pemahaman mahasiswa meningkat secara signifikan. Bahkan di kelas-kelas  yang tergolong "sulit" sekalipun.

PEMBELAJARAN SEBELUM KELAS
Ada dua hal yang harus dilakukan guru maupun dosen yang akan menggunakan metode Flip Learning sebelum memulai kelas. Pertama, membuat konten materi pembelajaran dan mengunggahnya ke internet di web atau aplikasi yang telah ditentukan. Kedua, memeriksa dan memastikan seluruh siswa/mahasiswa di kelasnya telah membuka dan mempelajari konten tersebut. Tentu saja sebelumnya sang guru/dosen telah memerintahkan para siawa/mahasiswanya untuk mengakases konten tersebut.
Ketika membuat konten materi pembelajaran dalam bentuk Video para guru/dosen harus memperhatikan 4 prinsip. Pertama, Jangan mempersulit diri. Buatlah konten yang menarik dengan menggunakan peralatan dan aplikasi-aplikasi yang mudah digunakan. Kedua, Durasi video jangan terlalu panjang. Maksimal sekitar 5 menit saja. Karena kalau terlalu panjang durasinya, siswa/mahasiswa akan bosan dan tidak fokus pada konten tersebut. Ketiga, buatlah konten dengan memperbanyak gambar dan meminimalisir tulisan. Karena kalau fokusnya pada tulisan yang banyak tidak usah menggunakan video. Gunakan modul atau ebook saja. Keempat, Konten tersebut bisa disusun seperti cerita. Buatlah yang runtut dan sistematis sehingga lebih menarik dan mudah dipahami.
Ada beberapa cara yang bisa kita gunakan ketika membuat konten materi pembelajaran. Pertama, gunakan konten yang sudah ada di internet sepertk Youtube, MOOC dan lain-lain. Hal ini tentu akan meringankan pekerjaan kita. Tapi kita harus mencantumkan link video tersebut dengan jelas agar siswa tidak terpancing ke konten-konten lain yang yidak berhubungan dengan materi yang kita maksud. Kedua, merekam kelas saat kita melaksanakan pembelajaran. Lalu edit dan ambil materi intinya saja agar durasi tidak terlalu panjang. Ketiga, membuat konten bergaya wawancara. Rekam dan edit seperlunya sesuai topik yang akan dibahas di kelas.
Setelah konten siap dan sudah diunggah ke web/aplikasi yg telah ditentukan kita arahkan siswa agar mempelajarinya secara serius. Biasanya permasalahan yang muncul adalah pada tahapan ini. Banyak diantara siswa yang tidak mempelajarinya tapi mengakuvtelah mempelajari konten yang dimaksud gurunya.
Untuk mengantisipasi permasalahan seperti ini, kita bisa menyiapkan beberapa alternatif solusi. Pertama, siswa kita minta mengirimkan bukti berupa foto saat mereka sedang mengakses dan mempelajari konten yg telah kita unggah. Kedua, kita siapkan kuis pada setiap konten yang kita unggah. Siswa wajib menjawab kuis yang kita berikan. Ketiga, siswa kita wajibkan menyerahkan resume atau ringkasan dari konten materi pembelajaran yg sdh mereka pelajari. Dengan ketiga solusi tersebut kita bisa mastikan bahwa semua siswa di kelas kita sudah mempelajari konten materi pembelajaran sebelum kita memulai kelas.

PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS
Untuk memaksimalkan capaian tingkat pemahaman yang tinggi maka kita harus memaksimalkan keterlibatan aktif dan kontribusi semua siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, siswa secara bergantian kita minta mengajarkan kkntenbyang telah mereka pelajari sebelum kelas tersebut kepada teman2nya secara klasikal. Kedua, kita bentuk beberapa kelompok lalu kita bimbing siswa untuk melakukan tutor sebaya dan kegiatan diskusi berbagai topik sesuai konten materi yang telah kita berikan. Ketiga, kita bimbing siswa untuk membuat mind mapping dari materi pembelajaran. Keempat, untuk tema2 tertentu kita bisa mengarahkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan dan praktek. Kelima, untuk tema2 tertentu kita bimbing siswa melakukan simulasi ataupun sosio drama.
Setelah semua pembelajaran di kelas selesai, guru bisa membimbing siswa untuk melakukan refleksi dan mengambil kesimpulan. Kemudian dilakukan evaluasi melalui tes dan non tes sesuai situasi dan kebutuha. Selanjutnya guru bisa memnerikan feedback hasil evalhasi tersebut kepada siswa.
Demikianlah sekilas tentang pelaksanaan Flip Learning di Korea Selatan dan Dong Eui University pada khusunya. Bagaimana peluang untuk penerapan metode Flip Learning di Indonesia? Insya Allah akan kita bahas pada edisi selanjutnya.

********************

Hyonim Residence Hall, Asrama Mahasiswa Dong Eui University Lt.10 Kamar 1006A Busan Korsel
Selasa, 12 Desember 2017 Pukul 08.10 Waktu Busan

SUPRIYANTO,  M.Pd
*DELEGASI PENDIDIKAN SURABAYA-BUSAN KOREA SELATAN 2017
*Kadiv Diklat & Kurikulum Bidang Mutu JSIT Jatim
*Kabid Humas dan Publikasi PP FKG IPS Nasional
*CP: 0813 3741 8475