IMPLEMENTASI
METODE PEMBELAJARAN TERBALIK, FLIP LEARNING
Ingatan atau memori
kita terbagi dalam dua kategori yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka
panjang. Sebagaimana memori yang ada dalam komputer. Jika sudah tersimpan di
hard disk maka akan menjadi memori jangka panjang. Akan tetapi jika belum
tersimpan di hard disk makan hanya akan menjadi memori jangka pendek. Seiring
dengan makin banyaknya memori-memori lain yang bertumpuk di sistem maka segera
juga memori itu akan hilang atau susah diakses kembali.
Seperti itu juga
kurang lebih materi pelajaran yang kita sampaikan kepada siswa. Jika mereka
menerimanya sebagai sesuatu yang tidak penting, sekedar rutinitas belajar saja
maka materi itu hanya akan menjadi memori jangka pendek saja. Akan tetapi jika
siswa menerima materi pelajaran kita sebagai sesuatu yang penting, sesuatu yang
menarik minat mereka maka materi pelajaran kita itu akan menjadi memori jangka
panjang di otak mereka.
Untuk merubah
memori jangka pendek itu agar menjadi memori jangka panjang di otak siswa kita
paling tidak ada dua hal yang harus kita lakukan. Pertama, buatlah pembelajaran
kita menjadi pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep
dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Di
ainilah pentingnya kita selalu melakukan appersepsi diawal setiap kegiatan
pembelajaran.
Kedua, Libatkan
emosi siswa. Ajak siswa memahami pentingnya materi yang akan dipelajari. Apa
manfaatnya dalam kehidupan mereka kelak dan masa kini. Kalau dalam istilah Quantum learning disebut AMBAK, Apa
Manfaatnya BAgiKu. Kalau mereka sudah merasakan betapa pentingnya materi
tersebut untuk kepentingan mereka maka yakinlah mereka akan lebih semangat dan
antuasias dalam belajar. Nah disinilah letak pentingnya kita menyampaikan
tujuan pembelajaran di awal setiap kegiatan pembelajaran kita.
DEFINISI
FLIP LEARNING
Menurut Graham
Brent (2013) Flipped classroom merupakan strategi yang dapat diberikan oleh
pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek
mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini
memanfaatkan teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi
pembelajaran bagi siswa yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan
waktu kelas yang sebelumnya telah digunakan untuk pembelajaran. Instruktur
mengadopsi model flipped classroom
untuk memberikan pembelajaran kelas atau konten instruksional sebagai pekerjaan
rumah. Dalam persiapan untuk kelas, siswa diwajibkan untuk melihat video
pembelajaran.
Menurut Tucker
dalam Amy Roehl (2013) siswa memanfaatkan waktu di kelas untuk bekerja
menyelesaikan masalah, pengembangan konsep, dan terlibat dalam pembelajaran
kolaboratif. Sedangkan menurut Natalie (2012)
Strategi flipped
classroom mendukung banyak manfaat. Sebagian besar tampaknya menjadi
keuntungan yang masuk akal (misalnya meningkatkan waktu instruksi lebih
menarik) terutama untuk mengajarkan mereka dalam pengaturan campuran yang
terdiri dari beberapa kombinasi tatap muka dan instruksi online.
Namun strategi ini
juga memiliki keterbatasan. Pertama, kualitas video mungkin sangat buruk.
Kedua, mengingat bahwa siswa dapat melihat video ceramah pada komputer mereka
sendiri, kondisi di mana mereka kemungkinan melihat video ceramah menjadi
pembelajaran yang tidak efektif (misalnya siswa bisa melihat video sambil
menonton permainan baseball atau mendengarkan musik). Ketiga, siswa tidak
menonton atau memahami video karena itu mereka tidak siap atau belum cukup siap
untuk kegiatan tatap muka. Keempat, siswa mungkin perlu banyak penopang untuk memastikan
mereka memahami materi yang disampaikan dalam video. Kelima, siswa tidak mampu
mengajukan pertanyaan ke instruktur atau rekan-rekan mereka jika menonton video
saja.
Metode Flip
Learning ini sudah banyak digunakan di berbagai negara. Menurut laporan Flip
Learning Network (FLN) dan Sophia Learning (2014), guru2 di Amerika Serikat
yang menerapkan pembelajaran flip
learning meningkat dari 48% ditahun 2012 menjadi 78% pada tahun 2014 dan 96% guru telah mengenal
kata "flip learning".
Sedangkan di Dong Eui University Busan Korsel ini baru dimulai tahun lalu
(2016). Meskipun baru satu tahun digunakan, hasilnya sudah terlihat sangat
bagus. Tingkat pemahaman siswa/mahasiswa meningkat sangat signifikan termasuk
di kelas2 yang "sulit".
Kontribusi dan
antusiasme siswa dalam pembelajaran terbukti sangat efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran sehingga mampu menghasilkan pemahaman yang baik. Karena itu
metode pembelajaran aktif yang banyak melibatkan kontribusi siswa akan sangat
menarik dan efektif.
Efektifitas
pembelajaran ini telah dijelaskan oleh Edgar Dale (1969) dan juga oleh National
Training Laboratories dalam Piramida Pembelajaran. Piramida pembelajaran ini
adalah suatu bentuk penjelasan bagaimana cara agar kita mampu menguasai materi
pelajaran dengan cepat dan lebih cerdas.

Berdasarkan
piramida belajar Edgar Dale, dapat dilihat bahwa model pembelajaran dibagi
menjadi 2 yaitu aktif dan pasif. Pada kedua model pembelajaran tersebut, 5%
pemahaman bisa diserap melalui ceramah, 10% ilmu yang bisa diserap dari
membaca, sedangkan 20% ilmu yang bisa diserap dari mendengarkan, dengan melihat
demonstrasi berkontribusi 30% ilmu yang bisa diserap, dan dengan diskusi
berkontribusi 50% terhadap ilmu yang bisa diterima. Sedangkan pembelajaran
aktif melalui praktek berkontribusi 75% terhadap ilmu yang bisa diserap, dan
bila mengaplikasikan ilmu ke kehidupan nyata atau mengajarkannya kepada orang
lain maka akan berkontribusi 90% terhadap ilmu yang bisa diserap. Karena itu
jelas sekali bahwa dengan pembelajaran aktif tentunya akan lebih efektif dalam
penguasaan materi.
Sebagaimana kita
pahami bersama bahwa pembelajaran tradisional yang selama ini kita terapkan
cenderung lebih mengarah ke pembelajaran pasif dimana kontribusi siswa sangat
rendah. Guru lebih aktif dan lebih banyak menyampaikan konten materi sedangkan
siswa lebih banyak menjadi pendengar saja.Hasilnya bisa ditebak, tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan cenderung rendah.
Karena itu, metode
pembelajaran Flip Learning yang
menuntut kontribusi dan keterlibatan siswa sangat bisa menjadi alternatif dalam
kegiatan pembelajaran kita. Harapannya tentu saja tingkat pemahaman siswa akan
menjadi lebih baik.
Kalau kita melihat
suasana perpustakaan dikalangan Kaum Yahudi, kita akan menyaksikan betapa berisik
suara para pengunjungnya. Ini bertolak belakang dengan suasana perpustakaan
pada umumnya yang selalu dikondisikan agar tenang. Kalau kita cermati, ternyata
mereka tidak sekedar membaca buku di perpustakaan. Mereka terlihat sangat
antusias berdiskusi tentang isi buku-buku yang sedang mereka baca dengan sesama
pengunjung yang lain. Tradisi perpustakaan Yahudi yang berisik ini tetnyata
sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Maka tak heran jika dikalangan
mereka telah lahir banyak ilmuwan yang cerdas dan berhasil meraih hadiah nobel
sebagainpenghargaan tertinggi dalam capaian ilmu pengetahuan.
Sekali lagi
antusiasme dan kontribusi aktif siswa serta pembelajaran kelompok terbukti
sangat efektif dalam mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap ilmu
pengetahuan. Di sinilah letak kunci pentingnya Metode Pembelajaran Flip Learning. Siswa dituntut lebih aktif berkontribusi dan
antusias melibatkan semua emosinya dalam belajar bersama. Karena dalam Metode
Pembelajaran Flip Learning, porsi
untuk siswa melakukan diskusi kelompok, partisipasi dan praktek jauh lebih
besar daripada porsi guru dalam penyampaian konten materi.
STRUKTUR
PEMBELAJARAN FLIP LEARNING
Metode Pembelajaran
Flip Learning tidak hanya dilakukan
di dalam kelas pada jam pelajaran saja. Melainkan sudah dimulai sehari atau
jauh sebelum jam pelajaran sebagaimana yang sudah tercantum di jadwal
pelajaran. Karena itu struktur kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi dua
bagian, yaitu di luar/sebelum kelas dan di dalam kelas.
Kegiatan pembelajaran
di luar kelas atau sebelum kelas dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media
digital semisal video atau modul pembelajaran online untuk belajar konsep-konsep dasar. Misalnya dengan cara siswa diminta mempelajari
video yang telah diunggah secara online oleh gurunya sebelum pembelajaran di
kelas dengan tujuan untuk melakukan persiapan kelas utamanya.
Pembelajaran di
dalam kelas dilakukan secara berkelomlok. Siswa membagikan informasi dan
pengetahuan yang telah mereka pelajari di luar kelas melalui video atau modul
dan buku kepada teman2 di kelompoknya. Selain itu, pembelajaran di kelas bisa
juga diarahkan untuk pemecahan masalah konsep dan pendalaman maupun
penambahan/pengayaan materi pembelajaran baik melalui percobaan, praktek maupun
diskusi dan presentasi.
Lantas bagaimana
dengan peran gurunya? Dalam pembelajaran Flip
Learning di kelas ini, sang guru lebih berperan sebagai pembina dan
konsultan saja. Guru hanya akan memberikan penjelasan materi pada bagian2 yang
kurang dipahami dan kepada siswa-siswa tertentu yang belum paham saja. Selanjutnya peran yang
lain adalah membimbing siswa mengambil kesimpulan dan melakukan evaluasi serta
memberikan umpan balik terhadap hasil evaluasi tersebut.
Metode Pembelajaran
Flip Learning ini telah dipraktekkan
dengam sangat baik oleh sebuah Universitas, Minerva University. Universitas ini
telah memiliki asrama mahasiswa di 8 negara. Mulai tahun depan, 2018 akan
dibuka juga asramanya di Seoul Korea Selatan.
Uniknya, para
mahasiswa ini hampir tidak pernah bertemu langsung dengan para dosennya. Mereka
hanya bertemu secara online. Dosen hanya memberikan sillabus materi-materi penting yang harus dipelajari para mahasiswanya. Lalu
masing-masing mahasiswa belajar sendiri dari buku-buku dan video-video yang mereka cari sendiri yang kontennya sesuai dengan
arahan sang dosen.
Sesuai dengan
jadwal kelas yang telah ditentukan, para mahasiswa sekelas bertemu di salah
satu ruang di asrama. Kenapa di asrama? Karena Universitas Minerva memang tidak
memiliki gedung kampus/kelas sama sekali. Ya hanya asrama di 8 negara itu saja.
Di kelas, para
mahasiswa mendalami materi pelajaran dengan cara saling mengajar/tutor sebaya,
berdiskusi bahkan berdebat dengan sesama mahasiswa di kelas itu maupun
mahasiswa yang bergabung secara online dikelas maya/online. Sang dosen
bertindak sebagai moderator dan konsultan. Dosen memberikan penjelasan hanya
pada konten-konten
yg belum dipahami para mahasiswa.
Uniknya lagi,
Universitas Minerva ini mengharuskan para mahasiswanya untuk selalu pindah ke asrama lain
di 8 negara tersebut setiap pergantian semester. Tujuannya agar para
mahasiswanya mengalami sendiri suasana dan lingkungam yang beraneka macam di
negara-negara yang berbeda baik secara geografis maupun budaya.
Metode itu pula
yang telah menginspirasi Dong Eui University untuk menerapkannya sejak tahun
lalu. Hasilnya sungguh sangat bagus. Tingkat pemahaman mahasiswa meningkat secara
signifikan. Bahkan di kelas-kelas yang tergolong "sulit" sekalipun.
PEMBELAJARAN SEBELUM
KELAS
Ada dua hal yang
harus dilakukan guru maupun dosen yang akan menggunakan metode Flip Learning
sebelum memulai kelas. Pertama, membuat konten materi pembelajaran dan
mengunggahnya ke internet di web atau aplikasi yang telah ditentukan. Kedua,
memeriksa dan memastikan seluruh siswa/mahasiswa di kelasnya telah membuka dan
mempelajari konten tersebut. Tentu saja sebelumnya sang guru/dosen telah
memerintahkan para siawa/mahasiswanya untuk mengakases konten tersebut.
Ketika membuat
konten materi pembelajaran dalam bentuk Video para guru/dosen harus
memperhatikan 4 prinsip. Pertama, Jangan mempersulit diri. Buatlah konten yang
menarik dengan menggunakan peralatan dan aplikasi-aplikasi yang mudah digunakan. Kedua, Durasi video jangan terlalu
panjang. Maksimal sekitar 5 menit saja. Karena kalau terlalu panjang durasinya,
siswa/mahasiswa akan bosan dan tidak fokus pada konten tersebut. Ketiga, buatlah
konten dengan memperbanyak gambar dan meminimalisir tulisan. Karena kalau
fokusnya pada tulisan yang banyak tidak usah menggunakan video. Gunakan modul
atau ebook saja. Keempat, Konten
tersebut bisa disusun seperti cerita. Buatlah yang runtut dan sistematis
sehingga lebih menarik dan mudah dipahami.
Ada beberapa cara
yang bisa kita gunakan ketika membuat konten materi pembelajaran. Pertama,
gunakan konten yang sudah ada di internet sepertk Youtube, MOOC dan lain-lain.
Hal ini tentu akan meringankan pekerjaan kita. Tapi kita harus mencantumkan link video tersebut dengan jelas
agar siswa tidak terpancing ke konten-konten lain yang yidak berhubungan dengan materi yang kita
maksud. Kedua, merekam kelas saat kita melaksanakan pembelajaran. Lalu edit dan
ambil materi intinya saja agar durasi tidak terlalu panjang. Ketiga, membuat
konten bergaya wawancara. Rekam dan edit seperlunya sesuai topik yang akan
dibahas di kelas.
Setelah konten siap
dan sudah diunggah ke web/aplikasi yg telah ditentukan kita arahkan siswa agar
mempelajarinya secara serius. Biasanya permasalahan yang muncul adalah pada
tahapan ini. Banyak diantara siswa yang tidak mempelajarinya tapi mengakuvtelah
mempelajari konten yang dimaksud gurunya.
Untuk
mengantisipasi permasalahan seperti ini, kita bisa menyiapkan beberapa
alternatif solusi. Pertama, siswa kita minta mengirimkan bukti berupa foto saat
mereka sedang mengakses dan mempelajari konten yg telah kita unggah. Kedua,
kita siapkan kuis pada setiap konten yang kita unggah. Siswa wajib menjawab
kuis yang kita berikan. Ketiga, siswa kita wajibkan menyerahkan resume atau
ringkasan dari konten materi pembelajaran yg sdh mereka pelajari. Dengan ketiga
solusi tersebut kita bisa mastikan bahwa semua siswa di kelas kita sudah
mempelajari konten materi pembelajaran sebelum kita memulai kelas.
PEMBELAJARAN
DI DALAM KELAS
Untuk memaksimalkan
capaian tingkat pemahaman yang tinggi maka kita harus memaksimalkan
keterlibatan aktif dan kontribusi semua siswa dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, siswa secara bergantian
kita minta mengajarkan kkntenbyang telah mereka pelajari sebelum kelas tersebut
kepada teman2nya secara klasikal. Kedua, kita bentuk beberapa kelompok lalu
kita bimbing siswa untuk melakukan tutor sebaya dan kegiatan diskusi berbagai
topik sesuai konten materi yang telah kita berikan. Ketiga, kita bimbing siswa
untuk membuat mind mapping dari materi pembelajaran. Keempat, untuk tema2
tertentu kita bisa mengarahkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan dan
praktek. Kelima, untuk tema2 tertentu kita bimbing siswa melakukan simulasi
ataupun sosio drama.
Setelah semua
pembelajaran di kelas selesai, guru bisa membimbing siswa untuk melakukan
refleksi dan mengambil kesimpulan. Kemudian dilakukan evaluasi melalui tes dan
non tes sesuai situasi dan kebutuha. Selanjutnya guru bisa memnerikan feedback
hasil evalhasi tersebut kepada siswa.
Demikianlah sekilas
tentang pelaksanaan Flip Learning di Korea Selatan dan Dong Eui University pada
khusunya. Bagaimana peluang untuk penerapan metode Flip Learning di Indonesia?
Insya Allah akan kita bahas pada edisi selanjutnya.
********************
Hyonim Residence
Hall, Asrama Mahasiswa Dong Eui University Lt.10 Kamar 1006A Busan Korsel
Selasa, 12 Desember
2017 Pukul 08.10 Waktu Busan
SUPRIYANTO, M.Pd
*DELEGASI PENDIDIKAN SURABAYA-BUSAN KOREA SELATAN 2017
*Kadiv Diklat & Kurikulum Bidang Mutu JSIT Jatim
*Kabid Humas dan Publikasi PP FKG IPS Nasional
*CP:
0813 3741 8475